Gaya, Suara, dan Pilihan: Cerita Perempuan di Antara Fashion dan Feminisme
Saya masih ingat pertama kali merasa bingung mengenakan rok midi ke kantor. Ada bagian saya yang merasa percaya diri; ada pula yang ragu karena bisik-bisik komentar teman—apakah rok itu terlalu feminin, apakah maksudnya saya ingin terlihat seksi, apakah ini “pilihan yang salah” untuk karier? Perasaan itu campur aduk. Sejak saat itu saya sering bertanya pada diri sendiri: bagaimana bisa sepotong kain mengandung begitu banyak makna? Dan siapa yang berhak menilai pilihan kita?
Apakah fashion itu politik?
Jawabannya, bagi saya, adalah ya dan tidak. Fashion bisa menjadi alat politik—bukan selalu dalam bentuk slogan mencolok, kadang hanya melalui keputusan sederhana seperti memilih celana baggy daripada rok mengecil. Di beberapa momen, berpakaian konservatif adalah bentuk perlawanan; di lain waktu, berpakaian lebih berani juga adalah cara menuntut ruang. Saya belajar bahwa pilihan berbusana tidak harus didefinisikan oleh satu narasi tunggal. Kita berhak memakai apa yang membuat kita nyaman, apa yang membuat kita merasa otentik, dan apa yang membantu suara kita didengar.
Cerita personal: ketika gaya jadi suara
Pernah suatu musim panas, saya memutuskan mengenakan sneakers ke acara formal. Teman-teman diundang menatap heran. Saya tahu mereka mengharapkan sepatu hak, tapi saya juga tahu kaki saya sudah lelah dari jam kerja panjang dan perjalanan pulang yang jauh. Saya memilih kenyamanan. Ternyata keputusan itu memberi saya sesuatu yang lebih besar: keberanian untuk menunjukkan bahwa saya tidak mesti menyesuaikan tubuh saya dengan ekspektasi yang tidak realistis hanya demi penampilan. Itu jadi pelajaran kecil tentang bagaimana gaya bisa menjadi suara—bukan sekadar estetika, tetapi pernyataan diri.
Keseimbangan antara estetika dan etika
Dalam perjalanan saya mendalami isu ini, saya sering membaca opini dan esai di berbagai platform. Ada satu sumber yang selalu menarik perhatian karena pendekatannya yang penuh perasaan dan reflektif. Saya menemukan tulisan-tulisan inspiratif di larevuefeminine yang mengingatkan bahwa feminism bukan soal memaksakan gaya tertentu, melainkan memberikan ruang bagi tiap perempuan untuk menentukan jalan dan gayanya sendiri. Fashion juga punya tanggung jawab: terhadap pekerja yang membuat pakaian, terhadap lingkungan, serta terhadap cara-cara tertentu yang memperkuat atau menentang stereotip.
Praktik kecil yang membuat perbedaan
Saya mulai menerapkan beberapa kebiasaan. Pertama, menanyakan pada diri sendiri: apakah ini pilihan saya atau cuma memenuhi ekspektasi orang lain? Kedua, mendukung merek yang transparan tentang proses produksi. Ketiga, berbicara jujur ketika komentar negatif muncul—bukan untuk berdebat, tetapi untuk menunjukkan bahwa alasan seseorang memilih pakaian dapat beragam. Kadang saya beri jawaban singkat dan tegas. Kadang saya bercanda. Pilihan komunikasi juga bagian dari gaya; kita mengekspresikan batas, humor, dan prinsip lewat kata-kata.
Saya juga menemukan kebahagiaan kecil dalam menukar pakaian yang tidak lagi saya pakai dengan teman, atau memberi pada toko pakaian sosial bukan sekadar membuang. Itu jadi aksi nyata yang menghubungkan estetika dan etika. Perubahan besar memang perlu waktu, tetapi perlahan-lahan komunitas tumbuh sadar akan hubungan antara fashion dan hak-hak perempuan—bahwa pilihan pakaian tidak boleh jadi alasan pembenaran pelecehan, misalnya, dan bahwa akses terhadap mode juga berkaitan dengan akses ekonomi dan pendidikan.
Di antara gaya, suara, dan pilihan itu selalu ada cerita perempuan yang berbeda-beda. Untuk sebagian, mode adalah cara merayakan tubuh; untuk yang lain, ia adalah perisai. Beberapa memilih berjuang lewat politik praktis, sementara banyak pula yang gunakan kehidupan sehari-hari untuk mengajarkan arti otonomi. Semua ini valid. Yang penting adalah memberi ruang pada tiap suara, mendengarkan tanpa buru-buru menghakimi, dan mengakui bahwa kebebasan berpakaian adalah bagian dari kebebasan yang lebih luas.
Jika saya belajar satu hal dari perjalanan ini, itu adalah: hormatilah pilihan orang lain, dan beranilah memilih untuk diri sendiri. Pakaian yang kita kenakan hari ini bisa jadi cerita yang kita ceritakan pada dunia tentang siapa kita. Jadi, pakailah apa yang membuatmu merasa benar—lalu jalani hari dengan kepala tegak.