Categories: Uncategorized

Ketika Mode Bertemu Feminisme: Kisah Sehari Perempuan Modern

Ketika Mode Bertemu Feminisme: Kisah Sehari Perempuan Modern

Pagi itu saya membuka lemari dan bertanya pada diri sendiri: siapa saya hari ini? Jawabannya tidak selalu sama. Kadang saya memilih rok panjang yang mengalir, kadang blazer yang tegas. Pilihan itu bukan sekadar soal estetika. Itu ritual kecil yang mengikat mood, keyakinan, dan kadang keberanian. Dalam keseharian perempuan modern, fashion dan feminisme seringkali berjalan berdampingan — kadang saling merangkul, kadang bertengkar — tapi selalu saling memengaruhi.

Apakah pakaian bisa jadi pernyataan politik?

Saat saya memakai blazer oversize untuk presentasi, ada rasa kuat yang berbeda dibanding ketika saya memilih dress floral untuk minum kopi sore dengan teman. Kedua pilihan itu bukan kontradiksi. Keduanya adalah bahasa. Pakaian bisa menjadi pernyataan politik ketika kita memilihnya dengan sadar: menolak standar kecantikan yang mengekang, merayakan tubuh yang beragam, atau menuntut ruang di ranah publik yang seringkali didominasi pandangan laki-laki. Feminisme modern mengajarkan kita bahwa kebebasan memilih adalah inti dari kesetaraan. Jadi, ya — mengenakan hak yang saya mau adalah bentuk politik kecil yang saya lakukan tiap hari.

Bagaimana dengan tekanan sosial dan “kode berpakaian”?

Tekanan untuk tampil dengan cara tertentu masih ada. Di kantor ada norma tersendiri, di keluarga ada ekspektasi, dan di media sosial ada estetika yang menggerus kebebasan. Saya pernah merasa bersalah karena memilih sesuatu yang “terlalu nyaman” atau “terlalu berani”. Namun perlahan saya belajar membangun identitas visual yang jujur. Itu proses: memahami bahwa kenyamanan dan profesionalisme bukan lawan, bahwa sensualitas bukanlah kelemahan, bahwa memilih untuk menutup atau membuka tidak menjelaskan moral atau kapasitas seseorang.

Kunci yang bekerja untuk saya adalah membuat pilihan yang konsisten dengan nilai — bukan sekadar mengikuti tren. Membeli dari brand yang mempekerjakan perempuan adil, memilih bahan yang lebih berkelanjutan, atau mendukung perancang wanita lokal; semuanya adalah cara lain menyatukan mode dengan feminist praxis. Saya juga menemukan banyak inspirasi dari tulisan dan komunitas online; salah satunya yang sering saya kunjungi adalah larevuefeminine, tempat saya membaca perspektif perempuan tentang fashion, budaya, dan politik yang menguatkan.

Feminisme bukan hanya tentang menolak, tapi juga merayakan

Bukan hanya soal menolak aturan patriarki. Feminisme juga tentang perayaan: merayakan tubuh, kreativitas, dan kebebasan berekspresi. Ada hari-hari saya merias wajah, bukan untuk memenuhi standar tetapi untuk menyenangkan diri sendiri. Ada hari-hari saya memotong rambut pendek, bukan karena pemberontakan, tetapi karena itu membuat saya merasa ringan. Perayaan kecil seperti itu memberi energi. Mereka mengembedding rasa percaya diri yang berdampak pada pekerjaan, percintaan, dan cara kita memosisikan diri di ruang publik.

Cerita sehari: dari kamar tidur ke ruang rapat

Bayangkan pagi saya yang biasa. Alarm berbunyi, saya meraba tumpukan outfit semalam, memutuskan antara midi skirt dan celana tailored. Pilihan saya: celana dan blouse dengan aksen pita. Kenapa? Karena saya ingin terasa rapi tapi lembut. Saya menambahkan kalung pemberian sahabat — simbol dukungan. Di kereta, saya melihat perempuan lain dengan headscarf yang dipadankan dengan jaket denim vintage; di halte, seorang ibu muda membawa anak sambil mengenakan sneakers dan blazer. Semua tampak sibuk menjadi diri mereka sendiri. Itu mengingatkan, lagi, bahwa kebebasan memilih berpakaian bukan sekadar gaya — ia adalah bagian dari hak untuk bergerak seluas mungkin di dunia.

Di rapat, saya bicara tentang proyek yang penting. Suara saya mendapat perhatian, tapi yang lebih penting adalah cara saya membawa diri: percaya diri, jelas, dan berempati. Ada hubungan tak kasat antara apa yang saya pakai dan bagaimana saya dirasakan — bukan karena pakaian itu mistis, tapi karena ia menyimpan cerita dan niat. Ketika saya pulang, saya mengganti pakaian kerja dengan outfit nyaman, menyiapkan makan malam, dan membaca artikel tentang perempuan-perempuan yang membuka usaha kecil. Inspirasi datang dari hal-hal sederhana itu.

Akhirnya, apa yang saya pelajari dari keseharian ini? Bahwa mode dan feminisme bukan dua kutub yang selalu bertentangan. Mereka bisa menjadi pasangan yang membuat perempuan lebih terlihat, terdengar, dan berdaya. Kita berhak memilih baju yang membuat kita bahagia, menuntut ruang aman, serta membangun komunitas yang saling menguatkan. Setiap hari adalah latihan kecil: berani tampil, berani menolak norma yang mengekang, dan berani merayakan diri—dengan gaya sendiri.

admin

Share
Published by
admin

Recent Posts

Diary Gaya: Bagaimana Fashion Mengajariku Tentang Feminisme

Aku masih ingat rok pertama yang kubeli sendiri. Bukan hasil pinjaman atau hadiah ulang tahun—melainkan…

10 hours ago

Catatan Seorang Wanita: Gaya, Feminisme, dan Hidup yang Berani

Catatan Seorang Wanita: Gaya, Feminisme, dan Hidup yang Berani Saya selalu merasa hidup ini seperti…

1 day ago

Saat Fashion Bertemu Feminisme: Cerita Gaya dan Suara Perempuan

Saat Pakaian Pertama Kali Bicara untukku Aku ingat hari itu jelas—mendung tipis di jendela kafe,…

2 days ago

Ruang Gaya dan Suara: Perjalanan Feminisme dalam Kehidupan Sehari-Hari

Judul ini terasa manis dan berat sekaligus: Ruang Gaya dan Suara. Dua hal yang sering…

3 days ago

Lemariku, Suaraku, dan Gaya: Catatan Feminisme Sehari-Hari

Pagi di depan lemari: bukan soal baju, tapi soal pilihan Setiap pagi aku berdiri menatap…

4 days ago

Di Balik Closet: Kisah Feminisme, Fashion, dan Hidup Sehari-Hari Wanita

Di Balik Pintu Lemari: Cerita yang Tak Hanya Kain Setiap pagi saya membuka lemari, bukan…

6 days ago